Kemarin, saat rapat besar
Kompetisi Kimia 2014. Sempat ngobrol asyik dengan Ana Yulvia, teman seangkatan
yang menurutku paling dewasa dalam konteks berfikirnya. Hmm..Sedikit minta
nasehat sama dia, biar hati agak tenang. Sering dihantui trauma tentang
kecelakaan. Was-was kalau wajahku akan lama pulihnya :[ Mulai berusaha
mengembalikan wajahku yang seperti sebelum kecelakaan. Sudah setiap pagi dan
sore pakai dermatix untuk nyoba sedikit menyamarkan bekas jahitan dan bekas
luka yang ada di wajah. Nyatanya, aku masih malu untuk melepaskan maskerku saat
di kampus. Oh, take me back to the start! :[
Ana juga sedang agak galau, jadi
dia menunjukkanku capture tulisannya di blog pribadi miliknya. Ini kata-katanya
nyess lo. Lumayan mengobati ketidak tenangan yang melanda setelah kecelakaan
ini.
Oke, check this out! Repost ya
na...Ijin share :] ayulvia.blogspot.com
Bersabarlah!
Kadang ia datang dalam bentuk pujian, kadang dalam bentuk musibah, pun
dalam bentuk peringatan. Namun kesemuanya hanya memiliki satu tujuan, agar kita
kembali.
Benarlah, terkadang cara-cara sederhana tak cukup untuk mengingatkan
dan memberikan kita pemahaman akan suatu hal. Sehingga sesekali kita mesti di
berikan cubitan dan bentakan keras. Tapi apakah kalian tahu? Apapun bentuk
cubitan dan bentakan itu, semua hanya karena betapa Allah masih menyayangi dan
terus mengasihi kita. Setelah itu, entah kita akan ada di posisi mana. Apakah
menjadi orang yang mengerti dan kembali. Ataukah menjadi orang yang tak
bersabar lalu berputus asa. Semuanya hanya bagaimanana kita menyadari kesalahan
dan memetik hikmah dari apapun itu.
Kepada diriku. Aku mohon bersabarlah bersabarlah!
Tulisannya Ana telah menamparku.
Aku masih belum bisa menerima kenyataan tentang musibah yang menimpaku. Betapa
sayangnya Allah padaku. Aku masih bisa menikmati indahnya dunia dengan dua
mataku.Masih bisa merasakan indahnya bisa berkumpul kembali dengan keluarga dan
dengan teman-teman kimia. Masih bisa merasakan indahnya ngerjain tugas dan
laporan praktikum.
Apa jadinya jika saat hari naas
itu aku mengenakan helm yang kliknya rusak? Apa jadinya jika hari itu ternyata
aku kecelakaan di Surabaya? Apa jadinya jika hari itu aku tidak ada dek Lutfan
yang mengikutiku dari belakang?
Orang Jawa hanya bisa berucap “Sujune”
sama “ Jathukno”. Untuk kasus ini, aku banyak menggunakan kata “Sujune” yang
artinya untungnya.
“Sujune” aku memakai helm yang
kliknya masih berfungsi. “Sujune” aku kecelakaan di Pare, apa jadinya kalo aku
di Surabaya saat ini. Pasti bingunglah kedua orangtuaku. “Sujune” aku sama dek
Lutfan, sehingga ada yang menolongku. Membawaku ke rumah sakit, mengamankan
tasku yang berisi laptop dan uang pendaftaran KK sebesar 1 jutaan.
Hanya bisa berucap, Alhamdulillah
ya Allah. Terimakasih atas cubitan yang telah Engkau berikan padaku. Ingatkan
aku ya Allah bahwa cubitan ini adalah kesempatn agar aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik
lagi. Ampuni hambamu ini ya Robb.
Astagfirullahhaladzim..... :[
0 komentar:
Posting Komentar