A. TUJUAN
Menentukan
kadar kalsium dalam susu cair kemasan dengan metode Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA)
B.
DASAR TEORI
Kalsium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah yang lebih banyak dari mineral lain. Normalnya, kandungan
kalsium mencapai 1.5% sampai 2.2% dari berat tubuh atau berkisar antara 700
gram sampai 1.400 gram. Sekitar 99% dari kalsium tersebut terdapat di dalam
tulang dan gigi, sisanya sebanyak 1% tersebar di dalam cairan tubuh dan
jaringan lunak dalam bentuk larutan. Kalsium tersebar di dalam dan di luar
pembuluh darah serta berperan penting dalam berbagai aktivitas kehidupan.
Tubuh memerlukan kalsium karena
setiap hari tubuh kehilangan mineral tersebut melalui pengelupasan kulit, kuku,
rambut, dan juga melalui urine dan feses. Kehilangan kalsium harus diganti
melalui makanan yang dikonsumsi oleh tubuh. Jika jumlah kalsium yang dibutuhkan
oleh tubuh tidak sesuai maka dapat menimbulkan penyakit yang disebut dengan osteoporesis.
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tulang menjadi keropos
lalu terkelupas. Karena kekurangan kalsium tulang menjadi rapuh misalnya pada
orang berusia lanjut.
Oleh
karena kalsium ini tidak dapat dihasilkan oleh tubuh manusia sendiri, maka
untuk keperluan tersebut mineral ini harus diperoleh dari luar tubuh dengan
cara mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium. Untuk memenuhi kebutuhan
akan kalsium ini orang banyak mengkonsumsi susu, misalnya susu bubuk (full
cream) atau susu dari hewan seperti kerbau, sapi, kambing dan hewan lain
disamping produk susu komersil dari pabrik.
Dari
penjelasan diatas, maka diperlukan suatu metode penentuan kadar kalsium yang terdapat
pada susu kemasan yang ada dipasaran secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Metode ini memiliki keuntungan yaitu waktu analisis cepat, spesifik untuk
setiap unsur tanpa dilakukan pemisahan, dapat mengukur kadar logam dalam jumlah
kecil dan tidak begitu banyak bahan yang digunakan.
Prinsip
analisis dengan SSA adalah interaksi
antara energi radiasi dengan atom unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan
untuk analisis unsur. Atom suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi
eksitasi atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan
akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh tenaga
eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuensi radiasi yang dipancarkan
karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom
yang tereksitasi yang kemudian mengalami dieksitasi.
Cara
kerja dari SSA adalah larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan
unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung
atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi
secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom
netral dalam keadaan ground state. Atom-atom
pada keadaan dasar ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber
radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang
dihasilkan oleh sumber radiasi sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi
oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu
absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan
konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi
nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan
konsentrasi analit dalam larutan sampel.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Gelas
Beker 100 mL (1)
2. Gelas
Ukur 5 (2) mL dan 10 mL (1)
3. Labu
Ukur 10 (6) mL, 50 mL (1) dan 100 mL (1)
4. Pipet
Volume 1mL (1), 5 mL (1) dan 10 mL (1)
5. AAS
(Atomic Absorption Spectrometry Seri
AA-7000)
6. Corong
(1)
7. Kaca
Arloji (1)
8. Pipet
Tetes (5)
9. Ball
Pipet (2)
10. Kertas
Saring (1)
Bahan
1. Asam
Nitrat (HNO3) pekat
2. Asam
Klorida (HCl) pekat
3. Larutan
SrCl2 1000 ppm
4. Larutan
Induk Ca2+ 1000 ppm
5. Aquades
6. Sampel
Susu Kemasan (Bonetto)
D. LANGKAH KERJA
1 Pembuatan Larutan
Standar Ca2+
a. Mengambil
sebanyak 1 mL larutan induk Ca2+ 1000
ppm menggunakan pipet volume.
b. Lalu
mengencerkannya ke dalam labu ukur 10 mL menggunakan akuades menjadi larutan Ca2+
100 ppm.
c. Mengambil
sebanyak 5 mL larutan Ca2+ 100 ppm, lalu mengencerkannya dalam labu
ukur 50 mL menggunakan akuades menjadi larutan Ca2+ 10 ppm.
d. Membuat
larutan standar Ca2+ berbagai konsentrasi dengan menggunakan
perhitungan :
N1
x V1 = N2 x V2
v Larutan Standar Ca2+ 2
ppm
N1
x V1 = N2 x V2
10
x V1 = 2 x 10
V1
= 2 mL
v Larutan Standar Ca2+ 4
ppm
N1
x V1 = N2 x V2
10
x V1 = 4 x 10
V1
= 4 mL
v Larutan Standar Ca2+ 6
ppm
N1
x V1 = N2 x V2
10
x V1 = 6 x 10
V1 = 6 mL
v Larutan Standar Ca2+ 8
ppm
N1
x V1 = N2 x V2
10
x V1 = 8 x 10
V1
= 8 mL
v Larutan Standar Ca2+ 10
ppm
N1
x V1 = N2 x V2
100
x V1 = 10 x 10
V1
= 1 mL
e. Lalu
ditambahkan larutan SrCl2 sebanyak 1 mL pada masing-masing labu
ukur, selanjutnya diencerkan dengan menggunakan akuades sampai tanda batas 10
mL.
2. Preparasi Sampel
a. Memipet
larutan sampel (Susu Bonetto) dengan menggunaknan pipet volume 5 mL.
b. Lalu
dilarutkan dalam air raja 10 mL (7,5 HCl pekat : 2,5 mL HNO3 pekat).
c.
Lalu dipanaskan di atas hotpalte dan menutup gelas beker dengan
menggunakan kaca arloji.
d.
Lalu dipanaskan hingga volume
tinggal setengahnya lalu hasil campuran tersebut disaring menggunakan kertas
saring
e.
Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan larutan SrCl2 1 mL lalu diencerkan dengan akuades sampi
tanda batas.
f.
Kemudian diambil 1 mL dan
diencerkan dengan akuades hingga volume 10 mL.
c. Persiapan alat
1. Menyalakan
kompresor dan gas
2. Menyalakan
AAS
3. Memeriksa
spektrum AAS
4. Melengkapi
parameter
5. Memilih
lampu katoda Ca
d. Pengukuran
absorbansi sampel dengan AAS
1. Awalnya
dilakukan pengukuran dengan blanko terlebih dahulu.
2. Kemudian
baru dilakukan pengukuran larutan standar dari konsentrasi terendah ke konsentrasi
tertinggi.
F. DATA HASIL PRAKTIKUM
No.
|
Konsentrasi (ppm)
|
Absorbansi (A)
|
1.
|
2
|
0,0297
|
2.
|
4
|
0,0555
|
4.
|
8
|
0,1124
|
5.
|
10
|
0,1409
|
6.
|
sampel dengan pengenceran
|
0,0889
|
7
|
sampel tanpa pengenceran
|
0,6563
|
G. ANALISIS PERHITUNGAN
Dari data absorbansi
sampel, konsentrasi sebagai sumbu x, dan absorbansi sebagai sumbu y, maka
diperoleh persamaan regresi linier :
y = 0,013965x + 0,0008798
Untuk mengetahui kadar Ca2+dalam
susu, maka disubstitusikan nilai absorbansi sampel ke y = 0,0889 ke dalam
persamaan regresi, sehingga didapat :
y = 0,013965x +
0,0008798
0,0889 = 0,013965x + 0,0008798
0,0880202 = 0,013965x
x = 6,3029 ppm
konsentrasi sebenarnya = konsentrasi Ca2+
x faktor pengenceran
konsentrasi
sebenarnya = 6,3029 x 10 kali
konsentrasi
sebenarnya = 63,029 mg/L
konsentrasi
sebenarnya = 0,0630 g/L
%b/b
= 0,630 g/100 mL
%b/b = 0,630 %
H. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar kalsium yang berada
dalam susu dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Spektrofotometri serapan atom
merupakan suatu metode analisis untuk penentuan unsur-unsur yang didasarkan
atas penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam keadaan gas. Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif
unsur dalam jumlah renik (traces). Cara analisis ini memberikan kadar total
unsur dalam sampel. Pelaksanaan relatif sederhana dan analisis unsur tertentu dapat
dilakukan dalam campuran dengan unsur-unsur logam lain tanpa adanya pemisahan.
Larutan sampel diaspirasikan
ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga
nyala rnengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan
tereksitasi secara termal oleh ayala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal
sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground
state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan
oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang
gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang
yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum
Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan panjang uyala yang
dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit
untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi
hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Metode penentuan konsentrasi dari metode ini ada
tiga, yaitu standar tunggal, kurva kalibrasi dan kurva
adisi standar.
Kalsium merupakan mineral penting yang diperlukan oleh tubuh untuk
pertumbuhan tulang dan gigi. Tubuh memerlukan kalsium karena setiap hari tubuh
kehilangan mineral tersebut melalui pengelupasan kulit, kuku, rambut, dan juga
melalui urine dan feses. Kehilangan kalsium harus diganti melalui makanan yang
dikonsumsi oleh tubuh. Salah satu yang banyak mengandung kalsium adalah susu.
Sehingga diperlukan suatu metode untuk mengukur kandungan kalsium dalam susu.
Pada praktikum ini menggunakan susu
kemasan “Bonetto”. Nilai yang diperoleh melalui perhitungan akan dibandingkan
dengan kadar kalsium yang terdapat pada kemasan susu kemasan.
Pada praktikum ini digunakan metode kurva
kalibrasi. Metode ini dilakukan dengan membandingkan absorbansi sampel terhadap
kurva kalibrasi larutan standar. Metode ini dipilih karena konsentrasi Ca2+
yang terdapat dalam sampel tidak terlalu kecil, preparasi sampel mudah
dilakukan dan jumlah sampel yang digunakan cukup banyak.
Preparasi sampel diawali dengan
melakukan destruksi basah pada sampel susu cair kemasan. Destruksi
basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun
campuran. Destruksi ini bertujuan untuk melarutkan
semua logam-logam dalam sampel. Destruksi ini mempunyai kelebihan yaitu
kemungkinan hanya sedikit sampel yang menguap karena suhu tidak terlalu tinggi,
waktu oksidasi yang singkat, dan mineral tetap dalam larutan. Pada praktikum ini
digunakan pelarut aqua regia (air raja)
yaitu campuran antara HNO3 pekat : HCl pekat (1:3) sebanyak 10 mL. Selanjutnya dipanaskan dalam hotplate
salama kurang lebih 30 menit hingga volume tinggal setengah dari volume awal. Proses
pemanasan dilakukan untuk mempercepat dan menyempurnakan proses destruksi. Pada
saat proses pemanasan mulut gelas beker ditutup dengan kaca arloji agar gas-gas
berbahaya yang menguap karena pembakaran tidak keluar ke lingkungan. Setelah
semua sampel hasil destruksi disaring dan diencerkan dengan menggunakan
akuades. Pengenceran ini dilakukan agar sisa asam pendestruksi tidak
menyebabkan korosi pada sistem pembakaran. Sebelum diencerkan dengan
menggunakan akuades, sampel yang telah terdestruksi ditambahkan dengan larutan SrCl2
yang digunakan untuk mengatasi interferensi kimia saat analisis Ca.
Biasanya interferensi kimia yang disebabkan oleh gangguan dari fosfat, silikat
dan alumunium. Seperti pada gambar dibawah ini :
Instrumen SSA
dioperasikan sesuai dengan SOP. Pada pengukuran dengan instrument SSA kami
menggunakan sumber sinar lampu katoda Ca dan menggunakan sistem pengatoman
dengan udara-asetilena. Saat SSA telah siap digunakan, kapiler SSA dicelupkan dalam
larutan blanko terlebih dahulu selama beberapa saat, hingga kurva yang
ditampilkan konstan. Jika kurva telah konstan, maka sampel diukur satu persatu
dari konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Dari pengukuran ini akan
didapatkan data absorbansi larutan standar. Selanjutnya baru dilakukan
pengukuran terhadap sampel. Rangkaian analisis dengan menggunakan SSA adalah
sebagai berikut :
Prinsip kerja SSA
dalam pengukuran tersebut baik pada larutan blanko, standar maupun larutan
sampel yang memasuki alat akan dikabutkan terlebih dahulu oleh nebulizer. Di dalam nebulizer akan dihasilkan titik titik air halus yang disemburkan
bersama-sama dengan gas asetilen dan udara ke bagian tengah burner yang menyala
sehingga mengalami atomisasi. Gas udar asetilena digunakan karena memiliki
trasmittan yang rendah pada panjang gelombang yang pendek. Kemudian direaksikan
dengan menggunakan lampu katoda Ca berbentuk SR lamp sehingga atom-atom pada
keadaan dasar membutuhkan energi besar dan akan menyerap energi dari sumber
cahaya tersebut untuk mendapatkan energi.
Selanjutnya, untuk
menentukan kadar kalsium dalam sampel dibuat kurva kalibrasi larutan standar dengan
sumbu x adalah konsentrasi larutan, dan sumbu y adalah absorbansi larutan,
sehingga diperoleh persamaan regresi, y = 0,013965x + 0,0008798Untuk mengetahui
kadar kalsium, disubstitusikan nilai y = 0,0889 ke dalam persamaan
regresi, sehingga diperoleh x = 6,3029 ppm. Karena ada faktor pengenceran 10 kali,
maka kadar Ca sebesar 329,2665
ppm. Dari perhitungan diperoleh nilai %b/b sebesar 0,630 % . Jika pengukuran sampel
selesai, maka kapiler AAS dicuci dengan HNO3 untuk melarutkan
pemekatan logam yang kemungkinan mengendap di kapiler.
I. KESIMPULAN
Kadar kalsium dalam sampel susu “Bonetto” sebesar 0,630 %
dengan menggunakan metode
spektrofotometri serapan atom.
J. DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., Denny, R.C., and Jeffrey, G.H., 1991, Textbook of Quantitative Inorganic Analysis, Fourth
Edition, Longman Group, Ltd
K. LAMPIRAN
Destruksi sampel (awal)
Destruksi sampel (akhir)
Larutan standar Ca
Larutan sampel yang akan dianalisis
Analsis dengan menggunakan AAS
Hasil pengukuran dengan AAS
tengkyuu
BalasHapusterima kasih . ikut copy ya kakak :)
BalasHapusMisi kak,mau tanya. Setelah konsentrasi Ca × fp, satuannya knp kok jadi mg/L?
BalasHapus