Kamis, 02 Oktober 2014

Edit

Kangen Kampus

Saat itu tanggal 20 September, aku bersemangat untuk membeli tiket kereta untuk kembali ke Surabaya esok hari. Dengan perasaan senang karena saat pendaftaran On The Spot Kompetisi Kimia 2014 membuahkan hasil. Dengan segala upaya memohon bantuan dengan wajah memelas kepada kaur kesiswaan SMAN 2 Pare untuk mengumumkan pendaftaran OTS KK melalui mikrofon sekolah yang terhubung ke setiap kelas. Alhamdulillah,  ada 10 tim yang mendaftar KK untuk hari tersebut. Sebagian anak yang ingin mendaftar tapi belum membawa uang memelas agar kami betiga ( Aku, dek Lutfan dan dek Jeni ) kembali lagi melakukan pendaftaran OTS sabtu depan, 27 September.
Sembari menunggu siswa yang mendaftar, kami berbincang dengan guru Kimia kami waktu SMA. Bapak Tumaji, merupakan salah satu lulusan Kimia Unair angkatan awal-awal saat jurusan Kimia Unair baru terbentuk. Kami ngobrol ngalor ngidul menceritakan masa-masa pak Tum masih kuliah dengan segala cerita menariknya saat menjadi mahasiswa. Menanyakan kabar dosen-dosen kimia yang sebagian besar adalah satu angkatan dengan pak Tum. Obrolan berakhir ketika pak Tum ijin untuk pulang. Selanjutnya disusul dengan dek Jeni yang ijin untuk mengambil kebaya untuk pernikahannya Oktober bulan depan. Akhirnya tinggalah aku dengan dek Lutfan sendirian di aula sekolah menunggu adik adik yang mau menyerahkan formulir perndaftaran.
Setelah segala urusan untuk OTS selesai, aku dan dek Lutfan ijin untuk tidak mengikuti acara rapat evaluasi di rumah Fara di jalan Dhoho. Karena terlalu jauh dan kami berdua belum beli tiket kereta untuk esok hari. Akhirnya, kami memutuskan untuk membeli tiket ke stasiun Papar. Dek Lutfan menyuruhku untuk dahulu, dia menyusul di belakangku. Saat  kami mengambil arah Papar di perempatan dekat tugu Garuda. Tiba-tiba saja ada motor dengan bawaan “obrok” mendahuluiku. Aku lupa dengan apa yang terjadi. Saat aku bangun, aku sedang di dalam mobil. Aku dipegang dek Lutfan dan aku  melihat wajahku berlumur darah di spion depan mobil tersebut. Aku  tersadar kembali saat aku merasakan sakitnya jarum jahit menembus bibirku :[
Saat aku lihat pintu IGD RSUD Pare, ada bapak, ibuk dan mbak Likah berdiri di dekat pintu dengan wajah yang cemas. Lalu petugas rumah sakit menyuruh mereka untuk tidak berdiri dekat pintu IGD. Setelah  itu aku tak sadarkan diri lagi. Saat aku sadar aku merasakan sakitnya luka yang ada di wajahku. Aku tidak melihat dek Lutfan saat itu, yang masuk ke dalam IGD hanya bapak, ibuk, mbak Likah dan dek Jeni pamitan untuk pulang. Tak beberapa lama, akhirnya datang Fara, Keceng, Choki dan dek Ayu datang menjenguk. Mereka menghiburku agar tidak sedih dan tetap sabar.
Pukul 4 Sore aku dipindahkan ke kamar kelas 2, ruang Tanjung. Bapak menolak untuk BPJS karena bapak tahu, banyak pasien BPJS yang terlantar belum mendapatkan kamar. Aku merasakan waktu berlalu sangat lama saat di rumah sakit. Membosankan dan jenuh, itulah yang terjadi selama 4 hari di RSUD Pare. Aku mengisi waktuku di RSUD dengan mengerjakan TTS ataupun bermain games. Sering dimarahi perawat karena jarum infus sering kendor karena tangan kananku sering aku gunakan bergerak. Setiap hari banyak sekali saudara yang bertandang untuk menjengukku. Aku merasa sangat bahagia dan haru melihat mereka antusias mendoakan untuk kesembuhanku. Sebagian besar dari mereka ada yang meneteskan air mata saat melihat wajahku bengkak di mana-mana penuh dengan luka. Aku yang kala itu berusaha menguatkan diriku untuk tidak meneteskan air mata, akhirnya menyerah. Aku juga ikut menangis. Orang yang paling tegar yang tidak terlihat meneteskan airmata adalah ibuk dan bapak. Bapak sudah mewanti-wanti ibuk untuk tidak menangis agar aku tidak ikut menangis dan sedih.
Empat hari di rumah sakit sudah cukup untukku. Semoga itu pertama dan terakhir kalinya aku menginap di rumah sakit. Amiin ... Saat pulang, aku mendapatkan kejutan yang sungguh mengejutkanku. Masa lalu kembali berputaran di otakku. Yup, keluarganya mantan jauh-jauh dari Magetan menjengukku. Sempat shock karena mereka tak memberitahu dan mereka tahu darimana aku juga tak tahu. Saat itu mantan juga dalam keadaan tak bisa jalan karena juga jatuh, sehingga yang ada hanya ibuknya, bapaknya, budhenya dan pak dhe Sar. Ada rasa canggung saat itu karena aku sering mengabaikan sms ibuknya.Hmmm.. mereka tak lupa membawakanku tempe Magetan sekardus. Tempe Magetan merupakan  tempe terenak yang pernah aku makan. Yang sering mantan bawakan saat masa-masa ngapel ke rumah dulu. Hahahaha :] Pulang ke rumah dengan menumpang mobil yang mereka naiki. Ada sedikit rasa malu, kenapa selalu merepotkan mereka. Saat sampai di rumah, tetangga kasak kusuk menanyakan saudara dari bapak atau ibuk. Akhirnya, ibuk menceritakan semuanya tentang mereka sejujurnya.
Sorenya, aku merasa senang sekaligus kasihan pada Fara, Ilma, Ridwan dan Sis yang belain jauh-jauh dari Surabaya buat jenguk aku. Thanks rek :* Kedatangan kalian membuatku ingin segera cepat-cepat balik Surabaya. Kembali kuliah seperti biasanya. ;] Saat ini aku sedang berjuang untuk segera sembuh. Agar bisa membantu final Kompetisi Kimia nanti tanggal 11 Oktober nanti. Wait me Kampus rek! I miss you rek :]



0 komentar:

Posting Komentar