Saat itu tanggal 20 September,
aku bersemangat untuk membeli tiket kereta untuk kembali ke Surabaya esok hari.
Dengan perasaan senang karena saat pendaftaran On The Spot Kompetisi Kimia 2014
membuahkan hasil. Dengan segala upaya memohon bantuan dengan wajah memelas
kepada kaur kesiswaan SMAN 2 Pare untuk mengumumkan pendaftaran OTS KK melalui
mikrofon sekolah yang terhubung ke setiap kelas. Alhamdulillah, ada 10 tim yang mendaftar KK untuk hari
tersebut. Sebagian anak yang ingin mendaftar tapi belum membawa uang memelas
agar kami betiga ( Aku, dek Lutfan dan dek Jeni ) kembali lagi melakukan
pendaftaran OTS sabtu depan, 27 September.
Sembari menunggu siswa yang
mendaftar, kami berbincang dengan guru Kimia kami waktu SMA. Bapak Tumaji,
merupakan salah satu lulusan Kimia Unair angkatan awal-awal saat jurusan Kimia Unair
baru terbentuk. Kami ngobrol ngalor ngidul menceritakan masa-masa pak Tum masih
kuliah dengan segala cerita menariknya saat menjadi mahasiswa. Menanyakan kabar
dosen-dosen kimia yang sebagian besar adalah satu angkatan dengan pak Tum.
Obrolan berakhir ketika pak Tum ijin untuk pulang. Selanjutnya disusul dengan
dek Jeni yang ijin untuk mengambil kebaya untuk pernikahannya Oktober bulan
depan. Akhirnya tinggalah aku dengan dek Lutfan sendirian di aula sekolah
menunggu adik adik yang mau menyerahkan formulir perndaftaran.
Setelah segala urusan untuk OTS
selesai, aku dan dek Lutfan ijin untuk tidak mengikuti acara rapat evaluasi di
rumah Fara di jalan Dhoho. Karena terlalu jauh dan kami berdua belum beli tiket
kereta untuk esok hari. Akhirnya, kami memutuskan untuk membeli tiket ke
stasiun Papar. Dek Lutfan menyuruhku untuk dahulu, dia menyusul di belakangku.
Saat kami mengambil arah Papar di
perempatan dekat tugu Garuda. Tiba-tiba saja ada motor dengan bawaan “obrok”
mendahuluiku. Aku lupa dengan apa yang terjadi. Saat aku bangun, aku sedang di
dalam mobil. Aku dipegang dek Lutfan dan aku
melihat wajahku berlumur darah di spion depan mobil tersebut. Aku tersadar kembali saat aku merasakan sakitnya
jarum jahit menembus bibirku :[
Saat aku lihat pintu IGD RSUD
Pare, ada bapak, ibuk dan mbak Likah berdiri di dekat pintu dengan wajah yang
cemas. Lalu petugas rumah sakit menyuruh mereka untuk tidak berdiri dekat pintu
IGD. Setelah itu aku tak sadarkan diri
lagi. Saat aku sadar aku merasakan sakitnya luka yang ada di wajahku. Aku tidak
melihat dek Lutfan saat itu, yang masuk ke dalam IGD hanya bapak, ibuk, mbak
Likah dan dek Jeni pamitan untuk pulang. Tak beberapa lama, akhirnya datang
Fara, Keceng, Choki dan dek Ayu datang menjenguk. Mereka menghiburku agar tidak
sedih dan tetap sabar.
Pukul 4 Sore aku dipindahkan ke
kamar kelas 2, ruang Tanjung. Bapak menolak untuk BPJS karena bapak tahu,
banyak pasien BPJS yang terlantar belum mendapatkan kamar. Aku merasakan waktu
berlalu sangat lama saat di rumah sakit. Membosankan dan jenuh, itulah yang
terjadi selama 4 hari di RSUD Pare. Aku mengisi waktuku di RSUD dengan
mengerjakan TTS ataupun bermain games. Sering dimarahi perawat karena jarum
infus sering kendor karena tangan kananku sering aku gunakan bergerak. Setiap
hari banyak sekali saudara yang bertandang untuk menjengukku. Aku merasa sangat
bahagia dan haru melihat mereka antusias mendoakan untuk kesembuhanku. Sebagian
besar dari mereka ada yang meneteskan air mata saat melihat wajahku bengkak di
mana-mana penuh dengan luka. Aku yang kala itu berusaha menguatkan diriku untuk
tidak meneteskan air mata, akhirnya menyerah. Aku juga ikut menangis. Orang
yang paling tegar yang tidak terlihat meneteskan airmata adalah ibuk dan bapak.
Bapak sudah mewanti-wanti ibuk untuk tidak menangis agar aku tidak ikut
menangis dan sedih.
Empat hari di rumah sakit sudah
cukup untukku. Semoga itu pertama dan terakhir kalinya aku menginap di rumah
sakit. Amiin ... Saat pulang, aku mendapatkan kejutan yang sungguh
mengejutkanku. Masa lalu kembali berputaran di otakku. Yup, keluarganya mantan
jauh-jauh dari Magetan menjengukku. Sempat shock karena mereka tak memberitahu
dan mereka tahu darimana aku juga tak tahu. Saat itu mantan juga dalam keadaan
tak bisa jalan karena juga jatuh, sehingga yang ada hanya ibuknya, bapaknya,
budhenya dan pak dhe Sar. Ada rasa canggung saat itu karena aku sering
mengabaikan sms ibuknya.Hmmm.. mereka tak lupa membawakanku tempe Magetan
sekardus. Tempe Magetan merupakan tempe
terenak yang pernah aku makan. Yang sering mantan bawakan saat masa-masa ngapel
ke rumah dulu. Hahahaha :] Pulang ke rumah dengan menumpang mobil yang mereka
naiki. Ada sedikit rasa malu, kenapa selalu merepotkan mereka. Saat sampai di
rumah, tetangga kasak kusuk menanyakan saudara dari bapak atau ibuk. Akhirnya,
ibuk menceritakan semuanya tentang mereka sejujurnya.
Sorenya, aku merasa senang
sekaligus kasihan pada Fara, Ilma, Ridwan dan Sis yang belain jauh-jauh dari
Surabaya buat jenguk aku. Thanks rek :* Kedatangan kalian membuatku ingin
segera cepat-cepat balik Surabaya. Kembali kuliah seperti biasanya. ;] Saat ini
aku sedang berjuang untuk segera sembuh. Agar bisa membantu final Kompetisi
Kimia nanti tanggal 11 Oktober nanti. Wait me Kampus rek! I miss you rek :]
0 komentar:
Posting Komentar