A. TUJUAN
Menentukan
kadar laktosa dalam susu cair kemasan menggunakan metode Luff Schoorl
B. PRINSIP
Laktosa bersifat reduktor akan mereduksi
Cu2+ menjadi Cu+, kelebihan Cu2+ ditetapkan
dengan titrasi iodometri. Dengan menetapkan larutan blanko, maka volume natrium
tiosulfat yang dibutuhkan untuk menitrasi kelebihan Cu2+ dapat
diketahui, dan setara dengan jumlah laktosa yang terdapat dalam sampel.
C.DASAR TEORI
Susu
merupakan sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan bayi mammalia, termasuk
manusia, yang mengandung karbohidrat (laktosa), protein, lemak, mineral dan
vitamin. Laktosa merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam susu
yang dihasilkan oleh mammalia. Laktosa hanya dibuat di sel-sel kelenjar mamma
pada masa menyusui melalui reaksi antara glukosa dan galaktosa uridin difosfat
dengan bantuan lactose synthetase.
Kadar laktosa dalam susu sangat bervariasi antara satu mammalia dengan yang
lain. ASI mengandung 7% laktosa, sedangkan susu sapi hanya mengandung 4%.
Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah keseluruhan kalori
susu (35 – 45%). Di samping itu laktosa juga penting untuk absorpsi kalsium.
Gula pereduksi merupakan golongan
gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa
penerima elektron, contohnya adalah glukosa
dan fruktosa.
Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida
atau keton bebas.
Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa)
dan disakarida
(laktosa,maltosa),
kecuali sukrosa
dan pati
(polisakarida),
termasuk sebagai gula pereduksi.
Metode
Luff Schoorl merupakan salah satu metode untuk penentuan gula pereduksi. Pada
penentuan metode ini, yang ditentukan bukannya kuprooksida yang mengendap tapi
dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula pereduksi
(titrasi blanko) dan sesudah direaksikan
dengan sampel gula pereduksi ( titrasi sampel). Penentuan titrasi dengan
menggunakan larutan natrium tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi
sampel ekuivalen dengan kuprooksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan
jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan / larutan. Reaksi yang terjadi selama
penentuan kadar laktosa adalah kuprooksida yang ada dalam reagen akan
membebaskan iod dari garam kalium iodida. Banyaknya iod yang dibebaskan
ekuivalen dengan banyaknya kuprioksida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan
titrasi dengan menggunakan larutan natrium tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa
titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah
warnanya dari biru menjadi putih, adalah menunjukkan bahwa titrasi sudah
selesai.
Reaksi
yang terjadi dalam penentuan gula pereduki dengan menggunakan metode Luff
Schoorl dapat dituliskan sebagai berikut :
R –
COH + 2CuO Cu2O + R-COOH
H2SO4
+ CuO CuSO4 + H2O
CuSO4
+ 2 KI Cu2I2
I2
+ Na2S2O3
Na2S4O6
+ NaI
D. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Seperangkat
alat reflux
2. Gelas
ukur
3. Pipet
volume
4. Labu
ukur
5. Erlenmeyer
6. Biuret
7. Pipet
tetes
8. Hot
plate
9. Botol
semprot
Bahan
1. Sampel
susu kemasan “Indomilk”
2. Larutan
natrium karbonat
3. Larutan
asam sitrat
4. Larutan
tembaga sulfat
5. Larutan
asam sulfat pekat
6. Larutan
kalium iodida
7. Larutan
natrium thiosulfat
8. Larutan
seng nitrat
9. Larutan
kalium iodat
10. Larutan
natrium hidroksida
11. Amilum
12. Akuades
E. LANGKAH KERJA
1. Sampel
susu cair merk “Indomilk” dipipet sebanyak 10,0 mL ditambah 5 mL pereaksi ZnSO4
[ZnSO4.10H2O 375
gram dilarutkan dalam 2125 mL akuades], digojog. Ditambahkan 5 mL larutan
NaOH [93 gram NaOH dilarutkan dengan
akuades sampai 3 liter : 0,75 N] di gojog baik-baik, kemudian diencerkan
dengan akuades sampai volume 50 mL.
2. Suspensi
didiamkan selama lebih kurang 10 menit untuk mengendapkan semua protein,
kemudian disaring dengan kertas saring, filtrat dikumpulkan. Filtrat saringan
pertama (kira-kira 10 mL) dibuang.
3. Dipipet
1,0 mL filtrat yang jernih, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan
ditambahkan 10,0 mL Larutan Luff Schoorl [6,25
gram CuSO4.5H2O (bebas dari besi) dilarutkan dalam 25 mL
akuades, 12,5 gram asam sitrat dilarutkan dalam 12,5 mL akuades dan 35,95 gram
Na2CO3 anhidrat dilarutkan dalam 75 sampai 100 mL akuades
mendidih. Larutan asam sitrat nya dituangkan ke dalam larutan soda sambil
digojog hati-hati, selanjutnya ditambahkan larutan CuSO4, sesudah
dingin ditambah akuades sampai 250 mL. Bila terjadi kekeruhan, didiamkan dan
disaring].
4. Setelah
ditambah beberapa buah batu didih, Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin
balik, kemudian dididihkan (maksimal 2 menit sudah mendidih). Pendidihan
larutan dipertahankan selama 10 menit.
5.
Selanjutnya didinginkan, lalu dengan
hati-hati ditambahkan 15 mL H2SO4 26,5% [4 mL H2SO4 pekat
dimasukkan gelas beker yang telah berisi akuades 11 mL], dan ditambahkan 10
mL KI 20% [ 2 gram KI dilarutkan dalam
akuades sampai volume 10 mL].
6. Iodium
yang dibebaskan dititrasi dengan Na2SO30,1 N [25 gram Na2S2O3.5H2O
ditambah 0,3 gram dimasukkan dalam labu ukur 1 liter dan diencerkan dengan
akuades sampai tanda batas] sampai berwarna kuning pucat. Ditambahkan 1 mL
indikator amilum [1 gram amilum solubel
disuspensi dengan akuades, dimasukkan dalam akuades mendidih 100 mL], lalu
dilanjutkan titrasi sampai warna abu-abu (warna putih susu).
7. Dibuat
larutan blanko dengan mengganti 10,0 mL susu dengan 10,0 mL akuades. Perlakuan
blanko seperti pada larutan sampel.
8. Menghitung
kadar laktosa, dengan menggunakan tabel I.
mL Na2S2O3
(0,1 N)
|
mg Laktosa
|
mL Na2S2O3
(0,1 N)
|
mg Laktosa
|
1
|
3,6
|
11
|
40,8
|
2
|
7,3
|
12
|
44,6
|
3
|
11,0
|
13
|
48,4
|
4
|
14,7
|
14
|
52,2
|
5
|
18,4
|
15
|
56,0
|
6
|
22,1
|
16
|
59,9
|
7
|
25,8
|
17
|
63,8
|
8
|
29,5
|
18
|
67,7
|
9
|
33,2
|
19
|
71,7
|
10
|
37,0
|
20
|
75,7
|
F. DATA HASIL PRAKTIKUM
Pengamatan pada
|
Volume zat yang dititran (mL)
|
Volume pentitran (mL)
|
Sampel 1
|
10
|
9,00
|
Sampel 2
|
10
|
9,30
|
Blanko
|
10
|
11,00
|
H. PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar laktosa dalam susu cair
kemasan menggunakan metode Luff Schoorl. Sampel yang digunakan adalah susu kemasan merk
“Indomilk”. Laktosa merupakan
satu-satunya karbohidrat (gula) yang terdapat
pada susu. Laktosa termasuk salah satu gula pereduksi, sehingga kadarnya
dapat dihitung secara kuantitatif dengan menggunakan metode tersebut.
Metode Luff Schoorl merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat secara
kimiawi. Prinsip dari metode ini adalah laktosa bersifat sebagai
gula pereduksi maka akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+,
kelebihan Cu2+ ditetapkan dengan titrasi iodometri. Dengan
menetapkan larutan blanko, maka volume natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk
menitrasi kelebihan Cu2+ dapat diketahui, dan setara dengan jumlah
laktosa yang terdapat dalam sampel.
Iodometri
adalah titrasi tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa
yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O.
Melalui titrasi tak langsung ini maka semua oksidator yang akan ditetapkan
kadarnya direaksikan terlebih dahulu dengan ion iodida berlebih sehingga I2
dapat dibebaskan. Selanjutnya I2 yang dibebaskan ini dititrasi
dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 dengan
indikator amilum. Selain itu, titrasi iodometri ini digunakan untuk pembakuan
larutan Na2S2O3 yang akan digunakan sebagai
pentitran.
Pada
praktikum ini, sampel susu yang digunakan adalah Indomilk. Untuk membuat satu
larutan blanko dan dua larutan sampel, sebanyak 10 mL dari blanko (akuades) dan 10 mL dari sampel
susu dipipet secara kuantitatif. Selanjutnya ketiga larutan tersebut ditambahkan
5 mL larutan ZnSO4 dan 5 mL larutan NaOH. Selanjutnya sampel dan
blanko diencerkan dengan akuades di dalam labu ukur 50 mL. Penambahan ZnSO4
dan NaOH dilakukan untuk mengendapkan protein sehingga komponen-komponen
lain yang terdapat pada susu dapat terpisah. Fungsi dari pemisahan tersebut
adalah untuk mencegah terjadinya pengendapan protein akibat penambahan reagen
Luff Schoorl yang sebagian besar mengandung Cu(logam berat). Jika protein tidak
diendapkan, maka akan berpengaruh pada hasil analisis. Selanjutnya suspensi
didiamkan hingga 10 menit lalu disaring dengan kertas saring. Sebanyak 1 mL
saringan pertama dibuang untuk menghilangkan sisa komponen lain yang mengganggu
analisis.
Gambar 1. Larutan sampel dan blanko
yang didiamkan
Filtrat
hasil dari penyaringan lalu dipipet sebanyak 1 mL secara kuantitatif. Larutan
sampel dibuat duplo untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan saat titrasi.
Filtrat tersebut lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan larutan
Luff Schoorl sebanyak 10 mL. Sebelum di refluks, dimasukkan beberapa buah batu
didih ke dalam masing-masing erlenmeyer. Batu didih ditambahkan untuk mencegah
terjadinya bumping serta pemanasan
dapat merata. Setelah itu larutan dipanaskan dengan menggunakan refluks. Tujuan
dari perefluksan adalah untuk menghidrolisis sampel agar larutan menjadi bentuk
monosakaridanya. Selain itu, untuk menghindari
keluarnya zat-zat volatile ke lingkungan. Setelah mendidih, proses
pendidihan dipertahankan hingga 10 menit agar proses reduksi berjalan dengan
sempurna. Saat proses tersebut, larutan Luff Schoorl akan bereaksi dengan
sampel yang mengandung gula pereduksi, dalam hal ini laktosa. Laktosa akan
mereduksi CuO menjadi Cu2O yang ditandai dengan terbentuknya endapan
merah bata. Reaksinya sebagai berikut :
R-COH + CuO Cu2O (endapan merah) + COOH
Gambar
2. Proses merefluks sampel dan blanko
Setelah
direfluks, campuran lalu didinginkan. Selanjutnya dilakukan penambahan larutan
H2SO4 dan larutan KI ke dalam masing-masing erlenmeyer. Pada penentuan metode ini, yang ditentukan
bukannya Cu2O yang mengendap tapi dengan menentukan CuO direaksikan
dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuan titrasi dengan
menggunakan larutan Na2S2O3. Selisih titrasi
blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan CuO yang terbentuk dan juga
ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan / larutan. Reaksi
yang terjadi selama penentuan laktosa cara dengan ini mula- mula CuO yang ada
dalam reagen akan membebaskan iod dari garam KI. Banyaknya iod yang dibebaskan
ekuivalen dengan banyaknya CuO. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi
dengan menggunakan larutan Na2S2O3 . Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
R –
COH + 2CuO Cu2O + R-COOH
H2SO4
+ CuO CuSO4 + H2O
CuSO4
+ 2 KI Cu2I2
I2
+ Na2S2O3
Na2S4O6
+ NaI
Fungsi
penambahan H2SO4 untuk mengoksidasi CuO menjadi CuSO4.
Selanjutnya CuSO4 akan bereaksi dengan KI. Fungsi penambahan
KI adalah untuk membuat zat oksidator tersebut menjadi terduksi sehingga mampu
membebaskan 12.
Selanjutnya
larutan ditirasi dengan menggunakan larutan Na2S2O3 hingga
berubah warna menjadi berwarna kuning muda. Selanjutnya baru ditambahkan
indikator amilum. Indikator amilum ditambahkan saat campuran mendekati TAT
(titik akhir titrasi) karena amilum dapat mengikat iod dengan kuat, Jika
ditmbahkan pada awal titrasi maka dapat menyebabkan warna pada saat TAT menjadi
kurang jelas. Selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3
sampai didapatkan warna abu-abu yang cenderung putih susu.
Sebelum ditambahkan amilum
Setelah ditambahkan amilum
Selisih volume Na2S2O3
yang digunakan untuk titrasi larutan blanko dengan titrasi larutan sampel
setara dengan kadar laktosa total yang terdapat pada susu. Pada praktikum ini
diperoleh volume Na2S2O3 untuk titrasi sampel
sebesar 9,00 mL dan 9,30 mL. Untuk titrasi larutan blanko dibutuhkan 11,00 mL
Na2S2O3. Dariproses perhitungan diperoleh
kadar laktosa yang terdapat pada susu “Indomilk” sebesar 3,4399 g/100mL.
I. KESIMPULAN
Pada
praktikum ini kadar laktosa yang terdapat pada susu “Indomilk” dengan
menggunakan metode Luff Schoorl sebesar 3,4399 g/100mL sampel.
J. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A.,
dan Underwood, 1996, Analisa
Kimia Kuantitatif, Jakarta, Erlangga
Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S.,
1982, Kimia Organik Edisi Ketiga,
Jakarta, Erlangga
Sudarmaji, S., 2003, Analisis Bahan Makanan dan Pertanian, Yogyakarta, Liberty
makasih mbak dika membantu banget :))))
BalasHapusmaaf mau tahu rumus perhitungan kadar laktosa
BalasHapuskak mau tau rumus perhitungaannya dong
BalasHapus