Sabtu, 06 September 2014

Edit

Surat Cinta Untuk Calon Suamiku di Masa Depan Part II


Dear Kang Masku di Masa Depan,
Apa kabar kamu mas?
Kamu sekarang di mana mas?
Jauh kah dari Surabaya?
Atau jangan-jangan kamu juga ada di Surabaya?
Pertanyaan itulah yang setiap hari berkelilingan di otakku.
Sudah tidak sabar ingin segera bertemu denganmu mas. Kamu juga kah mas?
Pengen share cerita ini ke kamu, aku juga bingung jika dihadapkan dengan pertanyaan ini. Nanti, diskusi bareng ya mas :] (insyaAllah)
Kemarin, waktu aku bantu mbak kos menyiapkan souvenir untuk pernikahannya, sempat diskusi masalah mengasuh anak. Aku sempat speechless saat ditanya, “saat sudah nikah nanti ingin kerja ndak dek? terus ngurus anakmu nanti gimana dek? kalau suami gak mengizinkan kerja gimana dek?”
Sebagai mahasiswi yang masih polos, yang tiba-tiba  diberondong pertanyaan semacam itu aku terdiam sejenak. Mencoba menjawab pertanyaan itu sebijak mungkin tanpa harus menyakiti hati mbak kos yang notabene ndak dibolehin kerja sama calon suaminya setelah menikah .
Aku menjawab dengan suara yang pelan “ Ehm, gini mbak Nay. Setelah menikah, istri adalah menjadi tanggung jawab suami. Akan tetapi alangkah baiknya masalah tersebut di diskusikan dengan serius dengan suami mbak. Istri bekerja bukan sebuah kewajiban, akan tetapi alangkah baiknya membantu suami menyiapkan tabungan masa depan untuk anak-anak mereka kelak. Seorang istri jika bekerja hendaknya juga tidak boleh menyita waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan tidak  boleh mengabaikan tugasnya sebagai seorang istri. Jikalau suami tidak mengizinkan, kita bisa tetap kerja di rumah mbak. Bisa jualan online, wirausaha toko kelontong, buka bimbel. InsyaAllah ndak mengganggu waktu bersama keluarga. Untuk masalah anak, kita sebagai seorang istri kelak akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anak kita kelak mbak. Sebaiknya anak juga tetap dalam asuhan kita mbak. Agar kita bisa tahu tumbuk kembang anak kita setiap harinya. Sepertinya aku menjadi sok bijak ya mbak. Tapi, semua sebaiknya didiskusikan dengan suami. Karena suami adalah imam kita. Dia pasti akan menjadi nahkoda yang handal agar bisa melewati kerasnya ombak di samudra kehidupan berumah tangga mbak. Yakin sama mas Wanda mbak. InsyaAllah mas Wanda juga ingin yang terbaik bagi keluarganya kelak.”
Butuh waktu yang cukup lama untuk menjawab pertanyaan mbak Nailis. Sekiranya kamu nanti juga berfikiran sama dengan mas Wanda. Aku percaya, kamu ingin yang terbaik untuk kita. Tapi yakinlah, aku bekerja bukan untuk diriku sendiri. Aku bekerja hanya untuk membantumu menyiapkan masa depan anak kita, agar mereka kelak bisa memperoleh pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi dari kita.
Aku percaya kamu akan membawa keluarga kita tetap bertahan mengarungi derasnya ombak di samudra kehidupan ini. Aku yakin, kita pasti bisa melewatinya. Bismillah :]
Aku menunggumu selalu mas :]
InsyaAllah akan segera dipertemukan :]

Aamiin :]


0 komentar:

Posting Komentar